Gambaran Klinis Polio

  A.    Stadium Akut  Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat. Kadang disertai sakit kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis) lantaran invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada lengan. Kelumpuhan ini berlangsung bertahap  sampai sekitar 2 bulan sejak awal sakit.  
B.    Stadium Subakut
 Yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam. Kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.
C.    Stadium Konvalescent
 Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan pulihnya kekuatan otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi pemulihan kekuatan otot.
D.    Stadium Kronik
 Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah bersifat permanen.
Gambaran klinis yang terjadi sangat bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, yaitu antara lain :
a.     Infeksi tanpa gejala.
Kejadian infeksi yang asimptomatik ini sulit diketahui, tetapi biasanya cukup tinggi terutama di daerah yang standar kebersihannya jelek. Pada suatu endemik  polio diperkirakan terdapat pada 9-95% penduduk dan menyebabkan imunitas terhadap penyakit polio. Bayi baru lahir mula-mula terlindungi karena adanya antibodi maternal yang kemudian akan menghilang setelah usia 6 bulan. Penyakit ini hanya diketahui dengan menemukan virus di tinja atau meningginya titer antibodi.
b.     Infeksi abortif/
 Kejadiannya diperkirakan 4-8% dari jumlah penduduk pada suatu daerah yang tingkat kejadiannya cukup tinggi. Tidak dijumpai gejala khas poliomielitis. Timbul mendadak dan berlangsung 1-3 hari dengan gejala minor illness  seperti demam bisa mencapai 39,5o C, malaise, nyeri kepala, sakit tenggorokan, anoreksia, muntah, nyeri otot dan nyeri perut serta kadang-kadang diare. Penyakit ini sukar dibedakan dengan penyakit virus lainnya, hanya dapat diduga bila terjadi di daerah yang epidemik polio. Diagnosis pasti hanya dengan menemukan virus pada biakan jaringan. Diagnosis banding adalah influenza atau infeksi tenggorokannya lainnya.
Poliomielitis non paralitik
Penyakit ini terjadi 1 % dari seluruh infeksi. Gejala klinik sama dengan infeksi abortif yang berlangsung 1-2 hari. Setelah itu suhu menjadi normal, tetapi kemudian naik kembali (dromarychart ), disertai dengan gejala nyeri kepala,mual dan muntah lebih berat, dan ditemukan kekakuan pada otot belakang leher, punggung serta tungkai. Tanda kernig dan brudzinsky positif. Tanda lain adalah bila anak berusaha duduk dengan sikap tidur, maka ia akan menekukkan kedua lututnya ke atas, sedangkan kedua lengan menunjang ke belakang pada tempat tidur.  Head drop yaitu bila tubuh penderita ditegakkan dengan menarik pada kedua ketiak, akan menyebabkan kepala terjatuh ke belakang. Refleks tendon biasanya normal. Bila refleks tendon berubah maka kemungkinan akan terjadi poliomielitis paralitik. Diagnosis banding adalah meningitis serosa dan meningismus.
Poliomielitis paralitik
Gambaran klinis sama dengan poliomielitis non paralitik disertai dengan kelemahan satu atau beberapa kumpulan otot skelet atau kranial. Gejala ini bisa menghilang selama beberapa hari dan kemudian timbul kembali diserta dengan kelumpuhan (paralitik) yaitu berupa  flaccid paralysis ´ yang biasanya unilateral dan simetris yaitu paling sering terkena adalah tungkai. Keadaan ini bisa disertai kelumpuhan vesika urinaria, atonia usus dan kadang-kadang ileus paralitik. Pada keadaan yang berat dapat terjadi kelumpuhan otot pernafasan.
 
Secara klinis dapat dibedakan atas 4 bentuk sesuai dengan tingginya lesi pada susunan saraf pusat yaitu:
a.     Bentuk spinal dengan gejala kelemahan otot leher, perut, punggung,diafragma, ada ekstremitas dimana yang terbanyak adalah ekstremitas bawah. Tersering yaitu otot-otot besar, pada tungkai bawah kuadriseps femoralis, pada lengan deltoid. Sifat kelumpuhannya ini adalah asimetris. Refleks tendon menurun sampai menghilang dan tidak ada gangguan sensibilitas.
b.    Bentuk bulbospinal didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bulbar.
c.     Bentuk bulbar ditandai dengan kelemahan motorik dari satu atau lebih saraf kranial dengan atau tanpa gangguan pusat vital seperti pernafasan, sirkulasi dan temperatur tubuh. Bila kelemahan meliputi saraf kranial IX, X dan XIImaka akan menyebabkan paralisis faring, lidah dan taring dengan konsekuensi terjadi sumbatan jalan nafas.
d.     Bentuk ensefalitik ditandai dengan kesadaran yang menurun, tremor dan kadang-kadang kejang

No comments:

Post a Comment