Cara Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

Tidak ada motto kuno yang lebih baik dari ”Mencegah lebih baik daripada mengobati”. Ini berlaku untuk siapapun, terlebih pada orang yang mempunyai faktor risiko yang tinggi. Prioritas pencegahan terutama dilakukan pada:
a. Pasien dengan PJK, penyakit arteri perifer, dan aterosklerosis cerebrovaskular.
b. Pasien yang tanpa gejala namun tergolong risiko tinggi karena:

- Banyak faktor risiko dan besarnya risiko dalam 10 tahun ≥ 5% (atau dengan usia lebih dari 60 tahun) untuk mendapat penyakit kardiovaskular yang fatal.
Peningkatan salah satu komponen faktor risiko: cholesterol ≥ 8 mmol/l (320 mg/dl), low density lipoprotein (LDL) cholesterol ≥ 6 mmol/l (240 mg/dl), TD ≥ 180/110 mmHg.
Pasien diabetes tipe 2 dan tipe 1 dengan mikroalbuminuria.
c. Keluarga dekat dari:
- Pasien dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik yang lebih awal
- Pasien dengan risiko tinggi namun tanpa gejala.
d. Orang-orang yang secara rutin melakukan pemeriksaan klinis.

1. Pedoman Pencegahan Primer Penyakit Jantung dan Stroke
Telah banyak bukti–bukti yang menunjukkan bahwa PJK dapat dicegah dan penelitian untuk hal ini terus berlanjut. Dari hasil studi prospektif jangka panjang menunjukkan bahwa orang dengan faktor risiko rendah mempunyai risiko yang lebih kecil untuk terkena PJK dan stroke.
ACC/AHA merekomendasikan petunjuk untuk pencegahan penyakit kardiovaskular yang ditentukan dari faktor risiko yang ada .


Faktor risiko: Pencarian faktor risiko -->
Tujuan: orang dewasa mengetahui tingkatan dan pentingnya faktor risiko yang diperiksa secara rutin.
Rekomendasi : Pemeriksaan faktor risiko harus dimulai sejak umur 20 tahun. Riwayat keluarga dengan PJK harus secara rutin dipantau. Merokok, diet, alkohol, aktivitas fisik harus dievaluasi secara rutin. Tekanan darah, indeks masa tubuh, lingkar pinggang, harus diperiksa selang 2 tahun. Pemeriksaan kolesterol dan kadar gula darah harus tetap dipantau juga.

Estimasi faktor risiko secara umum -->
Seluruh orang dewasa dengan usia di atas 40 tahun harus mengetahui faktor risiko mereka untuk menderita
penyakit PJK. Tujuan: menurunkan faktor risiko sebesar-besarnya.
Rekomendasi: Setiap 5 tahun (atau lebih jika ada perubahan faktor risiko), khususnya orang dengan usia ≥ 40 tahun atau seseorang dengan faktor risiko lebih dari 2, harus dapat menentukan faktor risiko berdasar hitungan 10 tahun faktor risiko. Faktor risiko yang dilihat adalah merokok tekanan darah, pemeriksaan kolesterol, kadar gula
darah, usia, jenis kelamin, dan diabetes. Pasien diabetes atau risiko 10 tahun > 20% dianggap sama pasien PJK (risiko PJK equivalen).


Usaha-usaha intervensi dengan cara nonfarmakologik dan farmakologik dan berbagai uji klinis menunjukkan hal yang bermanfaat.
Merokok:
--> Berhenti total. Tidak terpapar pada lingkungan perokok.
Kontrol Tekanan Darah
--> Tujuan TD < 140/90 mm Hg; < 130/80 pada gangguan ginjal atau gagal jantung, atau < 130/80 mm Hg pada diabetes.
Diet
--> Tujuan: Mengkonsumsi makanan yang menyehatkan.
Pemberian Aspirin
--> Tujuan: Aspirin dosis rendah pada penderita dengan risiko tinggi kardiovaskular (khususnya penderita dengan risiko 10 tahun kejadian kardiovaskuler ≥ 10%).
Pengaturan Lipid di dalam Tubuh
--> Tujuan Primer: LDL – C <160 mg/dl jika faktor risiko ≤ 1, LDL-C <130 mg/dl jika memiliki ≥ 2 faktor risiko dan risiko CHD 20%, atau LDL-C <100 mg/dl jika ≥ 2 faktor risiko dimiliki dan 10% risiko CHD ≥ 20% atau jika pasien juga terkena diabetes.
--> Tujuan Sekunder (jika LDL-C adalah target utama): jika trigliserid > 200 mg/dl, kemudian digunakan non-HDL-C sebagai tujuan kedua; non HDL-C <190 mg/dl untuk faktor risiko ≤ 1; non-HDL-C <160 mg/dl untuk faktor risiko ≤ 2 dan memiliki risiko CHD 10 tahun sebesar ≤ 20%; non-HDL-C < 130 mg/dl untuk diabetes atau dengan faktor risiko ≥ 2 dan risiko 10 tahun CHD > 20%.
--> Target terapi yang lain: trigliserid > 150 mg/dl; HDL-C < 40mg/dl pada pria dan <50 mg/dl pada wanita.
Aktiivitas Fisik
--> Tujuan: aktivitas fisik minimal 30 menit atau aktivitas fisik dengan intensitas sedang setiap hari dalam 1 minggu.
Pengaturan Berat Badan
--> Tujuan: Mencapai danmempertahankan berat (BMI 18,5-24,9 kg/m2). Bila BMI ≥ 25 kg/m2, lingkar pinggang ≤ 40 inci pada pria dan ≤ 35 inci pada wanita.

Pengelolaan Diabetes
--> Tujuan: Kadar Gula Darah puasa (<110 mg/dl) dan HbA1c (<7%).
Atrial Fibrilasi Kronik
--> Tujuan: Mencapai sinus ritme atau jika muncul atrial fibrilasi kronik, antikoagulan
dengan INR 2,0-3,0 (target 2,5).



2. Pencegahan Sekunder Penyakit Jantung Koroner
Prevensi sekunder pada individu yang sudah terbukti menderita PJK, adalah upaya untuk mencegah agar PJK itu tidak berulang lagi (tabel 5)

Merokok
--> Tujuan: Berhenti total, tidak terpapar pada lingkungan perokok
Kontrol Tekanan Darah
--> Tujuan: TD < 140/90 mmHg atau < 130/80 mmHg pada pasien Diabetes atau Penyakit ginjal kronik
Pengelolaan Lipid
--> Tujuan: LDL-C < 100 mg/dl Jika Triglserid ≥ 200 mg/dl, non-HDL-C seharusnya < 130 mg/dl
Aktivitas fisik
--> Tujuan: 30 menit, 7 hari dalam seminggu (minimal 5 hari dalam seminggu)
Pengaturan Berat Badan
--> Tujuan:BMI: 18,5 – 24,9 kg/m2. Lingkar pinggang: Pria < 40 inci, Wanita < 35 inci.
Pengelolaan Diabetes
--> Tujuan: HbA1c < 7%
Penggunaan obat Antiplatelet/Anticoagulant: Aspirin, clopidogrel, warfarin sesuai indikasi.
Penggunaan Renin-Angiotensin-Aldosterone System Blockers: bila intoleran ganti dengan ARB.
Penggunaan Beta-Blockers: kecuali bila ada kontra indikasi.
Pemberian vaksinasi influenza pada pasien dengan kelainan kardiovaskular.


Prevensi sekunder ini sangat perlu mengingat:
- Individu yang sudah pernah, atau sudah terbukti menderita PJK, cenderung untuk mendapat sakit jantung lagi, lebih besar kemungkinannya ketimbang orang yang belum pernah sakit jantung.
- Proses aterosklerosis yang mendasari PJK, bisa saja terjadi pada pembuluh darah organ lain di otak yang menimbulkan cerebrovascular disease (stroke), pada aorta atau arteri karotis, arteri perifer dll. Oleh sebab itu prevensi sekunder untuk PJK dapat juga merupakan prevensi primer untuk penyakit aterosklerotik lainnya.
Prevensi sekunder belum sepenuhnya mendapat perhatian (underutilized) dari kalangan praktisi kedokteran, sebagaimana dilaporkan WHO 2004, khususnya di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.

6 comments: